Nasional

Kata Pengamat soal Basis Teritorial Politik Tiga Srikandi Cagub Jatim pada Pilkada 2024

Senin, 2 September 2024 | 17:00 WIB

Kata Pengamat soal Basis Teritorial Politik Tiga Srikandi Cagub Jatim pada Pilkada 2024

Tiga srikandi calon gubernur Jawa Timur: Risma, Khofifah, Luluk. (Ilustrasi: NU Online/Aceng)

Jakarta, NU Online

Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024 resmi diikuti oleh tiga srikandi. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharani, dan Luluk Nur Hamidah.


Munculnya tiga bakal calon gubernur Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jatim 2024 menunjukkan terbukanya masyarakat Jawa Timur terhadap kepemimpinan perempuan.


Pengamat Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi Kusman menilai, fenomena ini patut diapresiasi. Menurutnya, kontestasi pemimpin perempuan di Jawa Timur menunjukkan bahwa isu ini tidak lagi tabu, melainkan menjadi penting dari kultur politik daerah tersebut.


“Kepemimpinan perempuan ini bukan hanya tidak menjadi tabu lagi tetapi juga telah menjadi bagian penting dari kultur politik Jawa Timur. Satu sisi dimensi memiliki religius tinggi tetapi pelan-pelan berhasil melawan patriarki kepemimpinan politik,” kata Airlangga kepada NU Online, Senin (2/9/2024).


Ditinjau dari analisis politik, ketiga calon ini akan bertarung keras dengan basis teritorial politik yang sangat kuat. Risma didukung kuat PDI Perjuangan dengan basis partai kuat berada di Surabaya, Malang, Banyuwangi dan sekitarnya. Artinya, political capital atau dampak politik Risma sangat kuat.


“Dari sini kita melihat dalam banyak Pilkada, pengaruh partai tidak lebih besar daripada figur, tetapi melihat figur Risma sebagai politisi dengan dedikasi cukup tinggi akan menggerakan partai politiknya. Dukungan konstituen kepada Risma melampaui batas konstituen dari partai sendiri,” jelasnya.


Sementara itu, Khofifah merupakan elite politik yang memiliki reputasi populer mendapatkan dukungan terutama dari kalangan Nahdliyin, serta memiliki basis politik yang kuat di kalangan perempuan dan santri.


Kemudian Luluk, meski kontestan relatif masih belum dikenal seperti Risma atau Khofifah. Tapi ia ditopang oleh partai pertama pemenang dalam pemilihan legislatif Pileg yakni PKB dan memiliki kekuatan di daerah Tapal Kuda.


“Tapi bukan berarti Luluk tidak memiliki potensi untuk bisa tampil dalam kontestasi tersebut. Dia bisa jadi kuda hitam dalam kontestasi. Di sini saya pikir terjadi pertarungan di kalangan Nahdliyin di mana yang cukup keras ada Khofifah dan Luluk di basis Nahdliyin,” tutur Dosen Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair.


Risma juga tak bisa diremehkan karena memiliki latar belakang keluarga santri yang cukup kuat. Kemampuan masing-masing kontestan untuk mengoptimalisasikan teritori masing-masing dan kemampuan mengambil dukungan dari basis lawan akan sangat menentukan pemenangnya.


“Biasanya, suara di Madura sangat krusial dalam Pilkada karena sering menentukan kemenangan pada detik-detik terakhir. Selain itu, meskipun money politics dapat terjadi di mana saja, titik krusialnya biasanya di Madura,” tandasnya.