Nasional

Ketum PBNU Bahas Fiqih Peradaban, Menlu Malaysia Tertarik Utus Perwakilan Negaranya

Kamis, 29 Desember 2022 | 18:00 WIB

Ketum PBNU Bahas Fiqih Peradaban, Menlu Malaysia Tertarik Utus Perwakilan Negaranya

Menteri Luar Negeri Malaysia Zambry Abdul Kadir dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat bertemu di gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (29/12/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menerima kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Malaysia Zambry Abdul Kadir, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (29/12/2022). Dalam kesempatan ini Gus Yahya membincang sejumlah pembahasan mengenai perkembangan NU di luar negeri dan perhelatan akbar bertaraf internasional muktamar fiqih peradaban yang akan berlangsung di Surabaya, 6 Februari 2023, medatang. 


“Alhamdulillah, terima kasih atas lawatannya ke PBNU. Di Malaysia kita juga punya cabang istimewa, dan kami buat semacam itu di beberapa negara. Salah satu yang paling aktif di Mesir,” kata Gus Yahya. 


Kemudian, ia menerangkan terkait rencana besar diadakannya Muktamar Internasional Fiqih Peradaban. Muktamar Internasional ini bakal mengambil sudut pandang penilaian fiqih atas legitimasi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tatanan dunia. Melalui hal tersebut, NU bertekad dapat membangun landasan fiqih untuk perdamaian dan harmoni global.


“Februari mendatang kami akan mengadakan satu forum fiqih untuk menarik diskusi fiqih soal peradaban. Fokus yang kami pilih untuk acara tahun ini, soal piagam PBB,” terang kiai kelahiran Rembang, 1966 itu. 


Diangkatnya topik tersebut, lanjut dia, lantaran selama ini wacana hubungan fiqih tentang hubungan yang harmonis tentang kelompok agama-agama di dunia belum cukup kuat dikaitkan dengan wawasan fiqih.


“Jadi kebanyakan masih berbasis dari interpretasi syariah. Maka kami tawarkan bagaimana piagam PBB ini jadi perjanjian internasional dan bisa jadi wawasan fiqih serta norma dalam wacana fiqih,” sambungnya.


Gus Yahya juga menyampaikan, forum yang merupakan bagian dari rangkaian acara menyambut 100 tahun NU ini akan dihadiri oleh para pemikir besar dari berbagai dunia, salah satunya Grand Syekh Al Azhar Ahmad Ath-Thayyeb. 


“Kami akan mengundang para ulama di seluruh dunia, juga para pengamat di belahan dunia lainnya. Kami telah mendapatkan konfirmasi kesediaan hadir dari Grand Syekh Al Azhar, Mufti Mesir, dan Tokoh Akademi Internasional Fiqih,” ungkap tokoh yang pernah menjabat sebagai juru bicara (Jubir) Gus Dur itu. 


Sontak hal itu mendapat respons baik dari Menlu Zambry, ia mengatakan bahwa eksistensi NU di Indonesia selalu menakjubkan. Ia sangat bersyukur bisa berkunjung ke PBNU dan berbincang banyak dengan Gus Yahya, sehingga mengetahui akan ada agenda besar ini.


“Menarik sekali. NU itu merupakan ormas yang begitu besar. Ini menarik sekali untuk dilirik. Alhamdulillah syukur kepada Allah saya kali ini dapat melawat ke PBNU dan saya anggap ini adalah pertemuan yang sangat bermakna karena kita, saya dan Gus Yahya, dapat bertukar pandangan dalam berbagai masalah yang melibatkan umat,” katanya. 


Kabar bahagia ini akan ia sampaikan kepada Menteri Urusan Agama Malaysia, agar berkenan mengirimkan delegasi terbaiknya untuk menghadiri acara muktamar internasional ini. 


“Saya akan menyampaikan kepada menteri bagian agama Malaysia untuk memaklumkan meminta beliau mengantar delegasi menghadiri halaqah itu,” jelasnya. 


Di akhir sesi, Gus Yahya menghadiahi Menlu Zambry buah tangan berupa globe dari kaca yang disokong tiang-tiang berwarna emas, di antara tiang-tiang tersebut tersemat ukiran nama ‘Nahdlatul Ulama’ dan berfoto bersama.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF