Nasional

Konten LGBT Menyasar Anak, Begini Harusnya Langkah Orang Tua

Kamis, 24 Agustus 2023 | 17:00 WIB

Konten LGBT Menyasar Anak, Begini Harusnya Langkah Orang Tua

Konten LGBT yang menyasar anak harus diwaspadai dan disikapi orang tua (Foto: Tangkapan layar Youtube)

Jakarta, NU Online
Fenomena maraknya konten yang memaparkan tentang perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer (LGBTQ) kian meresahkan di kalangan masyarakat. Pasalnya, tontonan bermuatan LGBTQ itu kini bisa dengan mudah diakses oleh anak-anak lewat platform YouTube Kids, yang dibuat khusus untuk anak-anak untuk mengeksplorasi minat mereka terhadap konten-konten video yang sesuai dengan usianya.


Menanggapi hal itu, Dokter Muda NU dr Ita Fajria Tamim menekankan orang tua untuk selalu mengamati tontonan anak. Idealnya, sebelum anak menonton acara/serial tertentu, orang tua sudah tahu betul isi kontennya. Pasalnya, seringkali orang tua merasa aman saat membiarkan anak menonton platform khusus kids atau anak-anak. 


“Sebagai orang tua kita harus rajin mengontrol tapi dengan cara yang baik tidak mengintimidasi, cukup dengan santai, misalnya bertanya soal serial apa yang sedang ia tonton, atau akun youtube-nya dijadikan satu akun dengan kita, sehingga kita bisa cek history tontonan anak,” kata Ning Ita, sapaannya, kepada NU Online, Kamis (24/8/2023). 


Ning Ita mengatakan bahwa pendampingan orang tua sangat penting saat anak menonton tayangan apapun, tak terkecuali film kartun. “Faktanya, konten di dalamnya sangat mungkin tidak sesuai dengan norma yang berlaku,” ucap dokter yang berfokus di bidang pengembangan diri itu. 


Fakta tersebut menurutnya tak bisa ditampik sebab bagaimanapun platform media sosial yang saat ini menjadi alat kebutuhan masyarakat berasal dari golongan yang berpaham demikian. Munculnya berbagai konten LGBTQ di YouTube Kids jelas menjadi sinyal bahwa gerakannya begitu masif dan terorganisir. Hingga tanpa disadari, anak-anak pun digiring untuk mengakses konten-konten LGBTQ+ secara halus dan pelan-pelan. 

 

“Sejak awal kehadiran media sosial memang menjadi risiko yang perlu dihindari dan diantisipasi oleh orang tua. Karena media sosial kita bahkan media secara keseluruhan itu dikuasai oleh barat, dan kita tahu bahwa beberapa pihak dari mereka punya kepentingan kuat untuk melegalisasi dan menyebarkan paham yang memperbolehkan LGBTQ. Jadi risiko ini mestinya disadari sejak awal karena kita menggunakan media mereka,” tuturnya. 


Ning Ita menyebutkan, untuk mengatasi konten-konten berbau LGBTQ di televisi dan dunia digital maka harus ada sosialisasi yang lebih luas terkait hal itu. Pada prosesnya pun harus melibatkan semua elemen masyarakat, terlebih orang-orang yang memiliki kebijakan terkait hal ini. 


“Harapannya isu LGBTQ yang sudah merambah ke tontonan anak bisa menjadi perhatian bersama, oleh kiai, pemuka agama, dan tokoh-tokoh pemengaruh lainnya sehingga pemerintah tergerak untuk melakukan kebijakan,” jelasnya. 


“Tentunya harus ada sosialisasi yang lebih luas, dan ini melibatkan semua elemen masyarakat, khususnya pemerintah yang memiliki kebijakan,” tandas dia. 

 

Sebagai informasi, terdapat tayangan video kartun anak di platform Youtube Kids yang memperlihatkan seorang anak dengan dua ayah. Dalam tayangan itu terdapat episode ‘anak terjatuh dari perosotan’. Ketika sang anak terjatuh, tak lama kemudian ada dua lelaki membantu anak itu untuk bangkit, diduga pasangan gay karena penyebutan ‘tapi papa dan ayahku’.


Tayangan tersebut merupakan produksi Moonbug yang juga menghasilkan konten-konten anak seperti Blippi dan Cocomelon. Tayangan ini pun menjadi viral di media sosial dan dikomentari banyak warganet. Mayoritas warganet berkeberatan atas tayangan video kartun anak tersebut.