Nasional

PBNU Terima Kunjungan Ratusan Mahasiswa IAIMNU Metro Lampung

Selasa, 20 Agustus 2019 | 11:45 WIB

PBNU Terima Kunjungan Ratusan Mahasiswa IAIMNU Metro Lampung

Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qulyubi, dan Ketua DMK Masjid An-Nahdlah PBNU H Syatiri menyambut 140 mahasiswa IAIMNU di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (20/8). (Witno/NU Online)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Ma'arif Nahdlatul Ulama (IAIMNU) Metro, Lampung. Kunjungan tersebut merupakan agenda tahunan.
 
Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qulyubi, dan Ketua DMK Masjid An-Nahdlah PBNU H Syatiri menyambut 140 mahasiswa IAIMNU di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).
 
Kiai Manan dalam sambutannya mengemukakan tentang pentingnya menjadi Nahdliyin. Menurutnya, NU didirikan oleh para ulama yang memiliki derajat yang tinggi. Hal itu setidaknya berdasarkan ayat Al-Qur’an Surat Fathir ayat 28 dan hadits Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa ‘Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak’.
 
“Siapa yang mau mencari ilmu berarti upaya mengambil warisan para nabi yang paling tinggi,” ucapnya.
 
Menurutnya, para ulama terdahulu seperti Wali Songo berdakwah dengan cara yang santun dan moderat, sehingga bisa diterima masyarakat setempat. Hasilnya, Indonesia menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
 
“Hari ini Indonesia menjadi negara Islam terbesar di dunia atas jasa para ulama,” ucapnya.
 
Warisan para ulama terdahulu itu kemudian dilanjutkan oleh para ulama NU. Dalam dakwahnya, NU selalu menekankan pentingnya sikap yang santun dan moderat.
“Ulama-ulama NU itu punya sanad yang jelas, kitab yang jelas. NU mengikuti Ahlussunnah wal Jamaah,” ucapnya.
 
Ia juga menyatakan bahwa NU telah dengan tegas menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersifat final dan menerima Pancasila sebagai dasar negara. NU memegang prinsip hubbul wathan minal. Sebab, katanya, barangsiapa yang tidak punya tanah air, maka tidak akan punya sejarah. Barangsiapa yang tidak punya sejarah, pasti akan dilupakan.
 
“Bersyukur kita ditakdirkan oleh Allah menjadi bangsa Indonesia, bangsa yang besar. Kita harus perjuangkan negeri ini dengan mengisinya dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya.
 
Sementara Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIMNU Metro, Lampung, Iwanudin mengatakan, pihaknya mengajak mahasiswanya berkunjung ke PBNU untuk menambah wawasan tentang NU.
 
“Jadi nanti, mahasiswa kita ngomongin Aswaja, tapi kantor PBNU saja gak tau, kan lucu. Jadi ini untuk menambah cintanya mahasiswa ke Nahdlatul Ulama,” ucapnya. 
 
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Muchlishon