Nasional GERAKAN AYO MONDOK

Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Unggulan, Bukan Alternatif

Senin, 1 Juni 2015 | 12:30 WIB

Jakarta, NU Online
Soft Launching Gerakan Nasional #AyoMondok telah diluncurkan di Gedung PBNU lantai 8 Jl Kramat Raya Jakarta Pusat, Senin (1/6). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) serta didukung oleh RMINU Jawa Tengah dan Jawa Timur.<>

Hadir dalam kegiatan ini, Ketua PP RMINU, KH Amin Haedari, Sekretaris PP RMINU, KH Miftah Faqih, Ketua RMINU Jawa Tengah, KH Abdul Ghoffar Rozien, Koordinator Nasional Gerakan Ayo Mondok, KH Lukman Haris Dimyati, serta Nahdliyin yang memadati tempat kegiatan. Peluncuran gerakan ini diresmikan langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj.

Dalam sambutannya, KH Lukman Haris Dimyati menjelaskan, bahwa gerakan ini adalah ikhitiar ini kalangan pondok pesantren di Tanah Air, khususnya yang tergabung dalam RMINU, mengajak masyarakat untuk menjadikan pesantren sebagai pilihan utama bagi pendidikan putra-putrinya.

“Sejarah pesantren sangat panjang, sejak sebelum merdeka. Gerakan ini merupakan upaya serius dari para pengasuh pesantren untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pesantren bukan sekadar pilihan alternatif,” jelas Gus Lukman, sapaan akrabnya.

Sebaliknya, lanjut dia, adalah lembaga pendidikan unggulan, baik dari segi prestasi akademik maupun dari segi kemampuan manajerial, leadership, dan networking.

Sementara itu, KH Amin Khaedari, mengatakan, bahwa gerakan nasional ayo mondok merupakan usaha peneguhan Islam Nusantara. “Kearifan lokal Islam Indonesia dibangun melalui pesantren. Gerakan pesantren menyumbang jasa yang sangat luar biasa bagi bangsa dan negara,” ujarnya.

Dalam taushiyahnya, KH Said Aqil Siroj menegaskan, bahwa gerakan ini adalah bagian dari misinya dulu ketika terpilih menjadi Ketum PBNU, yaitu gerakan kembali ke pesantren. Pesantren selain sebagai benteng moral, juga sebagai benteng intelektual dan ideologi Islam Nusantara yang ramah, toleran, dan moderat.

“Dulu jaman NU berdiri, Wahabi yang radikal jauh di luar sana, di Arab. Kini wahabinya di depan kita. Ini tantangan buat pesantren,” tegasnya. 

Kang Said juga menuturkan, bahwa jangan sampai kita melahirkan generasi yang lemah. Pesantren harus melahirkan generasi yg kuat. Baginya, untuk menjdi ekstrem tidak butuh ilmu. Tapi untuk wasathon butuh ilmu. Karena harus menggabungkan (dalil) naqliyah denang (nalar) aqliyah.

“Oleh karena itu, PBNU sangat terharu sekaligus mendukung gerakan ini, serta meminta masyarakat, khususnya warga NU agar merespon gerakan ini dengan baik sehingga tercipta generasi berkualitas ala pesantren,” tukasnya. (Fathoni)