Daerah

Ini Bocoran Soal untuk Bekal Manusia di Hari Kiamat

Rabu, 15 Januari 2020 | 07:30 WIB

Ini Bocoran Soal untuk Bekal Manusia di Hari Kiamat

Ketua PC LTMNU Jombang Moh Makmun saat ngisi pengajian di Masjid Polda Jawa Timur (Foto: Istimewa)

Surabaya, NU Online
Ternyata tidak semua soal menjadi rahasia dan harus ditutup rapat tanpa diketahui banyak orang. Ada sebagian soal yang justru harus dibocorkan demi kebaikan dan keselamatan seseorang.

Soal tersebut di antaranya adalah soal sekaligus jawaban saat manusia masuk ke liang lahad menghadapi malaikat utusan Allah SWT. Kemudian soal dan bocoran terkait persiapan manusia di hari kiamat kelak.

"Ada dua tempat yang mana kita harus tau bocoran soal tersebut. Orang yang membocorkan soal tidak akan ditangkap polisi dan tidak berdosa. Dua tempat itu adalah kuburan dan hari kiamat," kata Moh Makmun saat mengisi pengajian di Masjid Polda Jawa Timur, Selasa (14/1). 

Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Jombang ini menyebut, bagi kalangan pesantren pertanyaan-partanyaan malaikat saat di kuburan nanti sudah tidak asing. Semua jawaban dari setiap soal itu juga sudah di luar kepala.

"Soal di kuburan sudah sering kita dengar, yaitu terkait siapa tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, dan seterusnya," imbuh Makmun.

Begitu juga saat manusia menuju hari perhitungan setelah anak Adam itu bangkit dari kuburnya masing-masing. Segala hal yang perlu disiapkan sebagai bekal manusia sudah dibocorkan. Dan ini langsung dari Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: 

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Tuhan-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan, dan apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya” (HR. at-Tirmidzi No. 2416)

Berdasarkan hadis tersebut, kata dia, manusia perlu mengetahui empat item dengan lima pertanyaan. Pertama, tentang umur. Sampai detik ini, berapa umur kita. Dari sekian tahun umur kita, sudah berapa tahunkah umur yang sudah kita gunakan untuk mengabdi dan menghamba kepada Tuhan.

“Apakah umur kita lebih banyak menimbun harta daripada menimbun amal ibadah? Apakah lebih banyak senda gurau daripada ibadah. Apakah lebih banyak memikirkan duniawi atau ukhrawi. Hanya pribadi masing-masing yang mampu menjawab," jelasnya.

Kedua, tentang masa muda seseorang. Masa muda adalah masa yang tidak boleh dilewati sia-sia. Seyogyanya, manusia harus memanfaatkannya dengan hal-hal yang bermanfaat kepada dirinya dan orang lain.

“Apakah masa mudanya dipakai untuk rajin ke masjid atau rajin ke tempat dugem. Masa muda dipakai untuk mencari ilmu atau mencari duniawi. Masa muda dipakai untuk sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan orang banyak atau untuk individu? Sadarlah bahwa ketika tua nanti akan ada penyesalan jika masa mudanya tidak digunakan untuk hal bernilai positif,” ucapnya.

Ketiga, tentang ilmu yang dimiliki masing-masing manusia. "Apakah ilmunya digunakan untuk kepentingan pribadi atau untuk mencerahkan orang banyak. Apakah ilmunya digunakan untuk mencari harta, tahta, dan wanita atau untuk membimbing orang banyak. Silakan introspeksi sendiri," tandasnya.

Keempat, tentang harta. Harta yang saat ini dimiliki akan ditanya dua hal. "Yaitu darimana harta itu didapatkan dan untuk apa harta digunakan?," ungkapnya.

Menurut dosen Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang ini, pertanyaan-partanyaan yang sudah tidak jadi rahasia lagi seharusnya menjadi peringatan bagi manusia agar senantiasa berhati-hati dalam menjalani hidup di dunia dan keselamatannya di akhirat kelak.

"Sebagai hamba Allah, maka kita harus mengikuti apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Bukan malah menuruti dan mempertontonkan hawa nafsu," pungkasnya.

Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Musthofa Asrori