Daerah

Pandemi Covid-19, Inilah Jeritan Pedagang di Area Kampus Unwahas Semarang

Rabu, 17 Juni 2020 | 01:30 WIB

Pandemi Covid-19, Inilah Jeritan Pedagang di Area Kampus Unwahas Semarang

Warung-warung di sekitar kampus Unwahas Semarang sepi selama pandemi Covid-19 (Foto: NU Online/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berakibat pada pembelajaran secara tatap muka menjadi online atau berbasis teknologi internet. Praktis, hal ini berimbas pada perputaran uang yang ada di sekitar sekolah maupun perguruan tinggi. 

 

Salah satu tenaga keamanan Unwahas Moch Sartono mengatakan, hampir semua warung yang ada di area kampus Unwahas tutup. Disebut, beberapa di antaranya ada warung makan, warung kucingan, warung kelontong, dan warung es yang tutup sejak pandemi Covid-19 mengharuskan mahasiswa kuliah secara online.

 

"Total ada hampir 30 pedagang. Hampir semua warung tutup, pedagang keliling juga tidak jualan," kata Sartono kepada NU Online, Selasa (16/6).

 

Pria yang biasa menikmati menu di warung nasi belakang kampus Unwahas ini mengatakan, hanya ada sekitar 4 (empat) pedagang keliling yang masih bertahan berjualan di sekitar kampus.

 

"Selama Corona ini cuma bakso urat dan es kuwut, kadang juga siomay. Biasanya ada juga mie ayam, bakso malang, roti bakar, kentang goreng yang mangkal area depan kampus," ujarnya.

 

Maryono, pedagang bakso urat keliling asal Boyolali merupakan salah satu pedagang yang merosot penjualannya akibat pandemi Covid-19. Tak seperti biasanya saat ramainya mahasiswa berseliweran, sejak pagi hingga siang, ia lebih banyak duduk di depan motor yang mengangkut dagangannya.

 

"Sekarang baru libur. Menjemput rejeki, siapa tahu ada mahasiswa yang ke kampus," kata pria yang mulai jualan di sekitar kampus Unwahas sejak 1997.

 

Hal serupa dialami Kasmi, perempuan yang biasa disapa Bu Fandi berjualan es kuwut mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan. Hanya saja, ia lebih beruntung saat NU Online menghampirinya. 

 

Dirinya sudah beberapa kali meladeni para pembeli. Berbeda dengan Maryono yang tampak masih penuh baksonya. "Libur lama, belum ada seminggu ini baru jualan lagi," katanya.

 

Perempuan yang sejak 2012 berjualan es di sekitar Unwahas dengan waktu dari jam 10.00 sampai sore 17.00 ini menerangkan contoh kongkret penurunan pembelinya dalam sehari berjualan berdasar penggunaan gula pasir. 

 

"Kalau gulanya saja bisa habis sekitar 6 kg, kadang juga bisa mencapai 15 kg. Sekarang ini bisa menghabiskan 2 Kg gula sudah bagus," akunya.

 

Perlu diketahui, sebagaimana umumnya kampus di masa libur sebelum pandemi Covid-19 masih banyak aktivitas mahasiswa. Hal ini dikarenakan pada umumnya para aktivis mahasiswa lebih banyak menyelenggarakan kegiatan di sela libur perkuliahan. 

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz