Daerah

PCNU Jember: Khittah Bukan Berarti Netral

Senin, 11 Maret 2019 | 00:30 WIB

Jember, NU Online
Khittah sering kali diartikan NU harus netral dalam berpolitik. Tidak boleh berpolitik, tapi harus fokus sebagai organisasi keagamaan. Padahal bukan seperti itu. Khittah adalah garis yang dijadikan landasan bergerak dan berpikir di dalam menjalankan amanah organisasi.

“Khittah yang sering diartikan pengurus NU harus netral  itu biasanya disuarakan ‘orang luar’ yang punya kepentingan politik terhadap NU,” tukas Ketua PCNU Jember,  KH Abdullah Syamsul Arifin  saat memberikan pengarahan dalam acara Turba PCNU Jember Zona 2 di Balai Desa Dukuhdempok, Kecamatan Wuluhan, Jember, Jawa Timur, Sabtu (9/3).

Menurutnya, Khittah sama sekali tidak berarti netral, dalam pengertian menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan partai politik. Ia menjelaskan, dalam sejarahnya, NU tidak pernah jauh-jauh dari politik. Ketika NU didirikan (1926), NU murni organisasi diniyah ijtima’iyah. Saat itu NU fokus dakwah dan pendidikan, dan tidak masuk dalam politik praktis karena ketika itu memang belum ada partai  politik.

“Jadi khittah NU saat itu, ya fokus dakwah dan sebagainya,” ucapnya.

Namun dalam perkembangannya, NU menjadi partai politik (1955). Bahkan dalam Pemilu tahun  1955, Partai NU masuk 5 besar nasional. “Berati khittah NU saat itu menjadi partai politik,” urainya.

Demikian  juga ketika NU harus berfusi kedalam PPP, maka khittah NU adalah mendukung PPP.  Hingga akhirnya keluar dari PPP, dan saat era reformasi NU membidani kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

“Siapa bilang NU harus netral karena ada khittah. Itu pengertian yang sangat keliru. Khittah itu adalah garis yang dijadikan landasan bergerak dan berpikir sesuai dengan keputusan  Muktamar,” pungkasnya. (Aryudi AR)