Nasional

Ketum MUI Ajak Masyarakat Bersatu Pasca-Pemilu untuk Songsong Indonesia Maju

Selasa, 7 Mei 2024 | 23:45 WIB

Ketum MUI Ajak Masyarakat Bersatu Pasca-Pemilu untuk Songsong Indonesia Maju

Ketum MUI KH Anwar Iskandar dalam Halal Bihalal MUI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (7/5/2024). (Foto: Humas MUI)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Iskandar menegaskan pentingnya persatuan pasca pemilihan umum (Pemilu) 2024. Hal itu disampaikannya saat sambutan dalam acara Halal Bihalal MUI di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa (7/5/2024).


Kiai Anwar menegaskan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi persaingan antara 01, 02, dan 03. Ia mengajak masyarakat, apa pun latar belakang politik dan kepentingannya, untuk bergandengan tangan menyongsong masa depan Indonesia.


“Marilah seluruh warga bangsa ini menatap hari esok dengan optimis atas ridha Allah. Asal kita bersatu, insyaallah kita berhasil,” kata Kiai Anwar.


Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu juga menjelaskan bahwa kegiatan halal bihalal yang digelar MUI ini bukan hanya untuk saling memaafkan, tetapi juga menyudahi adanya polarisasi setelah kontestasi Pemilu 2024. 


Karena itu, Kiai Anwar mengajak seluruh warga negara untuk bergandengan tangan dan bersatu untuk menyongsong Indonesia maju di masa yang akan datang.


"Halal bihalal ini seperti sila ke-3 Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia program penting bagi bangsa dan negara ini untuk melangkahkan kakinya untuk Indonesia yang lebih baik," jelas Kiai Anwar.


Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Halal Bihalal 2024 MUI, KH M Cholil Nafis mengatakan, pertemuan berbagai tokoh dalam satu wadah pascapemilu ini dapat menjadi momentum mengeratkan persatuan bangsa. Tidak hanya menghadirkan tokoh bangsa, MUI turut mengundang tokoh lintas iman dalam kegiatan ini.


"Kami undang sejumlah tokoh lintas iman sebagai bentuk toleransi antarumat beragama. Sebab untuk membangun bangsa tidak bisa dilakukan sendirian, harus ada kehadiran dari seluruh komponen bangsa," katanya.


Menurut Kiai Cholil, meskipun puasa Ramadhan selama satu bulan penuh hanya diwajibkan bagi umat Islam, tetapi halal bihalal tidak hanya berlaku bagi umat Islam. 


Hal ini karena kegiatan saling memaafkan bukan hanya kepentingan bagi salah satu umat saja. Sebagai umat yang beragama dan dalam naungan bangsa yang satu, halal bihalal menjadi momen yang penting.


"Kita ingin saling memaafkan antarsesama. Kita juga ingin menyampaikan kepada publik bahwa kita mendahulukan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi atau golongan sendiri," katanya.