Daerah

Berjihad di Ansor, Kader Harus Miliki Niat Ikhlas

Selasa, 29 Desember 2020 | 16:30 WIB

Berjihad di Ansor, Kader Harus Miliki Niat Ikhlas

Para GP Pimpinan Cabang seluruh Aceh dan peserta Konferwil GP PW Ansor Aceh. (Foto: NU Online/Helmi)

Banda Aceh, NU Online
Berjihad dan berjuang dalam jajaran Ansor pertama kali harus memiliki niat yang ikhlas karena Allah SWT. Ini harus dimiliki kader Ansor dalam bekerja.


Demikian di antaranya pesan yang disampaikan Wakil Sekjen PP GP Ansor Timbul Pasaribu dalam arahannya saat membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) GP PW Ansor Aceh yang berlangsung di Asrama Haji Banda Aceh, Senin (28/12).


"Kami berharap GP Ansor harus mampu membawa perubahan dan kejayaan ke arah yang lebih baik terlebih di era saat ini. Kita sering sibuk dan bertarung dalam menghabiskan energi padahal pasca terpilih tidak berpikir program memajukan Ansor ke depan," sambungnya. 


Timbul juga berpesan kepada PW GP Ansor Aceh dengan memperbaiki niat mencari ridha Allah SWT, segera lakukan kaderisasi di setiap daerah/kabupaten. Ini tugas berat yang harus menjadi prioritas ketua terpilih.


"Kami sangat berharap PW GP Ansor Aceh harus lebih maju dalam memajukan apa yang telah dilakukan sahabat Faisal Ali Hasyim. Bentuk PAC di setiap daerah. Besarkanlah Ansor, nicaya Allah akan membesar kita," pintanya.


Timbul Pasaribu lalu mengajak para kader Ansor untuk selalu merutinkan diri dengan Islam Aswaja dalam keseharian, baik amaliyah, akidah, dan lainnya. Terlebih dewasa ini ada kelompok yang kerap menganggap tradisi keagamaan masyarakat yang sudah dilakukan sejak dulu sebagai bentuk ibadah yang dilarang.


"Sekali lagi, hendaknya kader Ansor berkewajiban bukan hanya melakukan kegiatan berbasis keorganisasian dan pengkaderan. Namun, juga amaliyah dan penguatan akidah Aswaja juga harus menjadi prioritas," lanjutnya.


Tunjukkan eksistensi
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, saat membuka Konferwil XIII PW GP Ansor Aceh mengajak warga Nahdliyin, khususnya pemuda Ansor, menunjukkan eksistensinya dalam membangun Aceh ke depan yang lebih baik.


"Keberadaan Ansor sebagai organisasi terbesar dan tertua di Indonesia telah menunjukkan kontribusi dalam pembangunan. Kami berharap, Ansor Aceh ke depan mampu mengubah kesan Ansor hanya kelihaiannya dalam otot. Namun, juga kemampuan intelektualitas dan mampu menunjukkan eksistensinya untuk membangun karakter pemuda yang tangguh dan berakhlakul karimah," ungkapnya.


Gubernur Aceh mengatakan ada tiga tugas besar yang menjadi tantangan dan kewajiban Pemuda khususnya Ansor membantu pemerintah. Pertama, memberantas narkoba dan peredarannya dalam masyarakat.


“Kedua, berita hoaks yang sangat memprihatinkan tumbuh dan suburnya di masyarakat terutama medsos. Ketiga, menanggulangi dan mencegah penyebaran Covid-19. Ini menjadi PR untuk pengurusan Ansor terpilih nantinya,” pinta Gubernur.


Nova Iriansyah berharap, organisasi yang dipelopori para pemuda itu bisa membantu pemerintah Aceh dalam berbagai misi untuk membangun karakter pemuda. Kita harus mampu melahirkan semangat menciptakan dan melahirkan pemuda-pemuda dengan SDM unggul, khususnya dalam menghadapi era milenial seperti saat ini. 


“Peran, komitmen, dan kontribusi pemuda Ansor itu dipertegas dalam visi misi Aceh Hebat, yang menjadi prioritas dalam menjalankan pemerintahan. Salah satu program unggulan pemprov Aceh adalah ‘Aceh Carong’,” ujarnya.


Artinya, lanjut Nova, pemerintah Aceh terus berusaha menciptakan generasi muda yang mampu bersaing dan mengukir prestasi di tingkat nasional dan regional, melalui peningkatan pendidikan berkualitas. 


Kehadiran Ansor Aceh diharapkan mampu melahirkan para pemuda Aceh yang kuat, berprestasi, jauh dari narkoba serta memiliki kualitas kepemimpinan yang baik, juga bangga dan cinta tanah air Indonesia seutuhnya. 

 
Gubernur Aceh mengakui banyak tantangan dalam meraih cita-cita tersebut. Di antaranya adalah perkembangan teknologi informasi yang dikhawatirkan dapat menggerus tatanan sosial dan budaya masyarakat Aceh yang islami. 


"Belum lagi dengan narkoba yang kian merajalela di Aceh. Sementara hoaks atau berita palsu juga kian mudah mempengaruhi masyarakat, termasuk pemuda. Semua itu sangat rentan dan bisa merusak nilai-nilai toleransi dan persaudaraan di Aceh," pungkasnya.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Musthofa Asrori