Daerah

Ketua NU Jatim: Ulama Indonesia Banyak Belajar ke Arab

Selasa, 21 Januari 2020 | 10:00 WIB

Ketua NU Jatim: Ulama Indonesia Banyak Belajar ke Arab

KH Marzuki Mustamar (dua dari kiri) (Foto: NU Online/Chanif)

Tegal, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul'Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar mengungkapkan, di zaman dahulu sejumlah ulama Indonesia itu belajarnya ke ulama Arab. 
 
"Mereka antara lain Mbah Hasyim Asy'ari, Mbah Wahab Chasbullah, Kiai Machfudz Atturmudzi, Syeh Nawawi Al-Bantani, Kyai Zubaer (Abahnya Kyai Maimoen) dan lainnya," ujarnya.
 
Hal itu diungkapkan KH Marzuki Mustamar saat peringatan Khaul ke-94 Almaghfurlah KH Nawawi bin H Nuh Desa Kalimati Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal Jawa Tengah, Ahad (19/01) malam.
 
Dijelaskan Kiai Marzuki, pada waktu itu Arab dikuasai Ahlussunah Waljamaah. Tapi sejak sekitar tahun 1923 terjadi pergolakan di Arab dan dimenangkan oleh Wahabi, sehingga akhirnya Arab dikuasai Wahabi di bawah kepemimpinan Raja Saud. 
 
Dia melanjutkan, kebijakan yang sangat menyesakkan adalah mereka meratakan makam-makam para Sahabat Nabi. Bahkan hendak menghancurkan makam Nabi Muhammad SAW, tapi dicegah oleh Ulama Indonesia melalui Komite Hijaz. 
 
"Untungnya Ulama Indonesia saat itu sudah selesai belajar dengan Ulama Ahlussunah Waljamaah dari Arab, sehingga sekarang pusatnya Ahlussunah Waljamaah di Indonesia," ungkapnya. 
 
"Saya tadinya sempat berfikir, ini tidak salah para Wali Songo yang asli orang Arab kok tidak minta dimakamkan di Arab? Kenapa mereka lebih senang menghabiskan hidupnya di Indonesia? Ternyata para Wali itu sudah tahu bahwa Arab akan dikuasai Wahabi. Kalau mereka dimakamkan di Arab, maka sekarang sudah tidak ada makamnya," imbuhnya.
 
Masih kata Kiai Marzuki, dengan dimakamkan di Indonesia, maka makamnya para Wali Songo tidak pernah sepi dari peziarah. "Coba cari makamnya Siti Aisyah di Arab, apakah ada? Cari makamnya Sayyidina Usman di Arab, apakah ada? Sudah dihancurkan oleh Pemerintah Arab saat itu," urainya
.
Kiai Marzuki menambahkan, suasana hidup dan mati di Indonesia terasa enak, tapi kok ya ada yang berusaha menghancurkan atau memecah belah bangsa Indonesia. 
"Mbah Hasyim Asy'ari itu orang Islam poll, kecerdasannya luar biasa, hingga Ulama Arab saja saat itu memberi gelar Hadlratus Syekh. Gelar yang tidak diberikan kepada sembarang orang," tegasnya. 
 
Dikatakan, Mbah Hasyim Asy'ari diberi gelar Hadlratus Syekh karena hafal Kutubussittah, hafal Al-Qur'an, hafal ribuan hadits, itu saja Mbah Hasyim yang mengusulkan Pancasila. Kok orang baru kemarin sore mengatakan Pancasila Taghut, emang ilmunya sudah bisa menyaingi Mbah Hasyim?.
 
Dalam kesempatan itu, Kiai Marzuki juga menegaskan, jika NKRI masih berdiri, Pancasila masih jaya, Bhinneka Tunggal Ika masih kokoh, UUD 1945 masih tegak, maka Islam juga akan tetap kuat.
 
"Karena kalau Indonesia menjadi negara Kristen, maka orang Jawa tidak mau. Sebaliknya jika Indonesia jadi negara Hindu Budha, maka Jawa tidak mau. Begitu juga jika Indonesia jadi negara Islam, maka Bali, NTT, Tapanuli, Papua tidak mau bersama Indonesia dan berarti Ulama kita tidak bisa dakwah ke sana, tidak bisa Syi'ar Islam kesana. Jadi jangan dianggap membela NKRI itu bukan untuk kepentingan Islam," pungkasnya.
 
Hadir dalam kesempatan itu Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Tegal KH Chambali Utsman, Wakil Rais KH Amiruddin Umar, Rais MWCNU Kecamatan Adiwerna KH Syamsudin Wa'ad, sejumlah ulama, dan ribuan warga NU. 
 
Kontributor: Chanif, Nurkhasan
Editor: Abdul Muiz