Nasional MUKTAMAR KE-33 NU

NU Diharapkan menjadi Pelaku Aktif Ekonomi

Selasa, 4 Agustus 2015 | 03:30 WIB

Jombang, NU Online
Forum sidang komisi rekomendasi Muktamar Ke-33 NU melihat peluang ekonomi ke depan semakin besar di tengah persaingan yang juga semakin ketat. Forum ini mendorong pengurus NU untuk melakukan pembekalan-pembekalan kewirausahaan bagi nahdliyin.
<>
Salah satu peserta sidang komisi rekomendasi KH Priyanto Khairuddin mengatakan, NU ke depan diharapkan mampu menjadi pelaku ekonomi. Tidak hanya sebagai objek, namun juga sebagai objek. Komisi rekomendasi digelar di Pesantren Tebuireng Jombang, Senin (3/8) sore.

“Di forum tadi disampaikan, sudah saatnya NU sebagai pelaku ekonomi,” ujar Kiai Khoiruddin kepada NU Online menjelang persiapannya menuju alun-alun untuk menghadiri sidang pleno II dengan agenda Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum PBNU.

Mustasyar PCNU Musi Rawas, Sumatera Selatan ini menambahkan setidaknya ada delapan rekomendasi yang akan dilanjutkan pembahasannya pada Selasa, 4 Agustus 2015. “Untuk finalnya, silakan ikuti perkembangannya besok pagi jam 8,” ujarnya.

Disinggung soal kepemimpinan NU ke depan, ia berharap yang terbaik. Siapapun yang terpilih, pasti itulah yang terbaik. “Kita berhusnudzan saja. Yang jelas, ke depan NU harus tetap kembali kepada khittah-nya. Jauh dari politik, tapi punya kader politik. Meski demikian, organisasi NU tetap tidak berpolitik,” kata Kiai Khairuddin.

Mantan Rais Syuriyah PCNU Musi Rawas dua periode ini lalu bercerita soal kondisi NU di Musi Rawas. Masyarakat di wilayah ini kebetulan banyak dari komunitas Jawa. “Daerah ini merupakan Sumatera yang menjadi bagian jalur hijau. Artinya, mayoritas Nahdliyin,” tuturnya.

Meski demikian, penduduk di sana tidak seberapa mengenal NU. Padahal amaliyahnya sangat NU. Ini musti menjadi perhatian semua. Memang, pendekatan NU itu di bidang amaliyah. Sementara di bidang organisasi masih perlu dikuatkan lagi.

“Kami maunya regenerasi sekaligus membangun manajemen organisasi yang baik. Meski saya sebagai mustasyar belum jalan satu tahun. Saya sering bilang kepada kawan-kawan NU di sana, bahwa jamaah NU di Indonesia ini sangat banyak. Sayangnya, susah diajak ber-jam’iyyah,” ujarnya.

Bagi dia, warga Nahdliyin harusnya tidak hanya semangat membaca surat al-Ikhlas. Namun, soal surat tanah dan surat kuasa juga musti diperhatikan. “Ini kita lakukan agar kita punya aset. Khususnya di bidang ekonomi,” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Alhafiz K)