Nasional

Polemik Pengharaman Wayang, Gus Yusuf: Islam Datang Bukan untuk Menghilangkan Tradisi dan Budaya

Rabu, 16 Februari 2022 | 09:20 WIB

Polemik Pengharaman Wayang, Gus Yusuf: Islam Datang Bukan untuk Menghilangkan Tradisi dan Budaya

Ilustrasi: Melalui wayang masyarakat Nusantara bisa menerima dakwah para Walisongo dan masuk Islam dengan kesadaran hati. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Islam datang bukan untuk menghilangkan tradisi dan budaya masyarakat. Islam datang bukan untuk menghapuskan kebudayaan lokal.  Islam justru datang untuk menyempurnakan budaya dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam. Sebagai contoh budaya wayang yang digunakan oleh para wali untuk mengislamkan masyarakat di Nusantara.

 

"Sunan Kalijogo semalam suntuk wayangan, ending-nya (ujungnya) itu hanya ingin memperkenalkan bahwa jimat yang paling ampuh yakni Jimat Kalimosodo. Kalimosodo itu kan kalimat Syahadat. Laailaahaillallah, Muhammadurrasulullaah," kata Pengasuh Pesantren API Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, KH Yusuf Chudlori, Selasa (15/2/2022).

 

Dengan cara ini, masyarakat Nusantara pun akhirnya bisa menerima dakwah para Walisongo dan masuk Islam dengan kesadaran hati. Maka tradisi atau budaya sangat berguna sebagai infrastruktur dakwah melalui kemasan yang isi serta tujuannya mampu memberi nilai-nilai positif.

 

Gus Yusuf menjelaskan bahwa keberadaan wayang yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat Indonesia sudah terbukti menjadi media memasukkan nilai-nilai Islam sehingga para pendahulu kita dulu, termasuk kita sekarang ini mampu menikmati manisnya Islam. 

 

"Kalau wayang digunakan untuk pitutur (nasihat) bagus, dakwah maka akan mendatangkan kebaikan. Dan itu sudah terbukti. Islam bisa berkembang pesat di republik ini salah satunya adalah dakwah melalui kebudayaan. Termasuk di dalamnya adalah wayang," jelasnya.

 

Jika ada orang yang mengharam-haramkan dan ingin memusnahkan wayang maka tidak perlu ditanggapi karena pemahaman keagamaannya yang masih terbatas. Mereka memiliki cara pandang yang berbeda dalam beragama.

 

Hati-hati dalam berbicara
Terkait dengan sering terulangnya kembali pernyataan tokoh publik di media sosial yang membuat gaduh masyarakat, Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Auladi Rosyad mengajak para tokoh untuk lebih bijak dalam berdakwah.

 

"Jangan sedikit-sedikit haram. Jangan dengan gampangnya menyebut apa-apa yang tidak dilakukan Rasulullah Bid’ah dan sebagainya. Akhirnya setelah gaduh hanya klarifikasi dan minta maaf. Yang perlu dipikirkan adalah imbas dari penyataan tersebut," katanya.

 

Kegaduhan sebaiknya tidak terulang lagi jika para pendakwah bijak dalam menyampaikan dakwahnya. Masyarakat juga harus selektif memilih mana pendakwah yang memberikan kedamaian dan mana yang senang menyalah-nyalahkan dan membuat kontroversi untuk sebuah misi.

 

"Sering kita jumpai kontroversi yang berakhir dengan hanya klarifikasi, permintaan maaf ataupun materai di atas kertas. Mari kita bijak dalam berbicara dan berprilaku khususnya di media sosial," pungkasnya. 

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan