Pustaka

Polemik Autentisitas Kitab Tafsir Mimpi Ibnu Sirrin

Rabu, 4 September 2024 | 18:00 WIB

Polemik Autentisitas Kitab Tafsir Mimpi Ibnu Sirrin

Kitab Tafsir Mimpi Ibnu Sirrin. (Foto: NU Online/Freepik)

Pembicaraan terkait mimpi sangat diminati oleh masyarakat untuk didengarkan dengan seksama. Pasalnya, mimpi kebanyakan mengandung hal-hal yang aneh dan spektakuler dan kadang tidak tergambarkan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang menganggap bahwa mimpi merupakan suatu rentetan kejadian dalam alam bawah sadar yang membawa isyarat tertentu.


Tidak sedikit juga dari mereka yang mencoba menyibak informasi apa yang terselipkan dalam mimpinya, sehingga mereka menceritakan mimpi itu kepada orang terdekatnya untuk meminta penjelasan arti mimpi yang dia alami. Banyak juga yang merujuk kepada buku-buku yang menjelaskan tentang tafsir mimpi, seperti Muntakhabul Kalam fi Tafsiril Ahlam yang diduga kuat ditulis oleh Muhammad bin Sirrin.


Ibnu Sirrin, yang memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Sirrin al-Anshari, termasuk dalam kategori pembesar para Tabi’in. Ia dilahirkan sekitar dua tahun setelah penobatan kekhalifahan Umar bin Khattab, sekitar tahun ke-32 Hijriyah. Ia pernah menjadi hamba sahaya dari sahabat Anas bin Malik, yang kemudian mengajukan kemerdekaan dengan akad kitabah.


Ibnu Sirrin meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan sahabat-sahabat lainnya. Banyak pula yang meriwayatkan darinya, di antaranya adalah Qatadah, Yunus bin Ubaid, Ibnu Aun, dan lainnya. Ibnu Sirrin wafat pada tahun 101 Hijriyah pada usia 78 tahun. (Muhammad Adz-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, [Beirut: Mu’assasah Ar-Risalah, 1996], Juz IV, hal. 606).


Banyak pakar yang meragukan bahwa Ibnu Sirrin menulis kitab tentang tafsir mimpi. Sebab, sekelas Adz-Dzahabi dan As-Suyuthi dalam ensiklopedinya tidak menyebutkan bahwa Ibnu Sirrin memiliki karya tulis tentang Tafsir Mimpi. Jika benar ada, maka tentunya informasi ini tidak akan luput dari perhatian dua ensiklopedis terkenal tersebut.


Penulis menemukan setidaknya dua judul kitab tafsir mimpi yang dinisbatkan kepada Ibnu Sirrin, yakni Tafsir al-Ahlam dan Muntakhabul Kalam fi Tafsiril Ahlam, yang isinya sama persis. Penulis sendiri menilai aneh jika kitab ini ditulis oleh Ibnu Sirrin karena terdapat isnad panjang yang ujungnya bermuara kepada Ibnu Sirrin sendiri. Perhatikan ini:


وَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُوْ عَلِي حَامِدُ بن محمَّدٍ بن عبدِ االله الرَّفَاء قال أخبرنا محمدُ بن المغيرةِ قال حدثنا مكي بن إبراهيم قال حدثنا هِشَامُ بن حَسَّان عن محمد بن سِيْرِيْن عن أبي هريرة قال : قال رسول االله صلى االله عليه وسلم إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ تَكَدَّرَتْ رُؤْيَا المسْلِمِ أَصْدَقُهم رُؤْيَا أَصْدَقُهُمْ حَدِيْثًا وَرُؤْيَا المؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا مِن النُّبُوَّةِ وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ : الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ بُشْرَى مِنْ االلهِ عزَّ وجلَّ وَرُؤْيَا المسلِمِ التي يُحَدِّثُ بِهَا نَفْسَهُ وَرُؤْيَا تَحْزِيْنِ الشَّيْطَانِ فَإِذَا رَأَى أحَدُكُمْ مَا يكره فلا يحدث به وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَقَالَ أُحِبُّ القَيْدَ وأُكْرِهُ الغِّلَّ القَيْدُ الثَّابِتُ فِي الدِّيْنِ


Artinya: “Kami meriwayatkan dari Hamid bin Muhammad bin Abdullah Ar-Rafa’, dia dari Muhammad bin al-Mughirah, dia dari Makki bin Ibrahim, dia dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirrin, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah, beliau berkata: mimpi seorang Muslim telah terkontaminasi, mimpi yang paling benar adalah dari orang yang jujur, mimpi seorang mukmin adalah bagian dari 46 kenabian, dan mimpi dibagi tiga, mimpi yang baik merupakan kabar gembira dari Allah, kemudian mimpi seorang Muslim yang bercerita tentang dirinya, kemudian mimpi godaan setan. Jika kalian bermimpi hal yang kalian benci, maka jangan diceritakan dan hendaknya shalat. Nabi berkata: aku lebih suka diikat daripada dibelenggu, ikatan yang kuat dalam beragama”. (Muhammad bin Sirrin, Muntakhabul Kalam fi Tafsiril Ahlam, [Beirut: Darul Fikr, 2007], hal. 393).


Jika saja benar kitab ini ditulis oleh Ibnu Sirrin, maka sangat tidak logis apabila dia menuliskan orang yang meriwayatkan hadits setelahnya, bahkan sampai enam orang dengan generasi berbeda.


Kitab ini sendiri tidak memiliki keterangan terkait kebenaran Ibnu Sirrin sebagai penulisnya, meskipun kitab ini dimulai dengan dua kata pengantar, yakni Khutbatul Kitab (hal. 385) dan Muqaddimatul Kitab (hal. 393), dan keduanya sama sekali tidak menyinggung atau menyebutkan indikasi Ibnu Sirrin sebagai penulisnya.


Bahkan, dalam pengantar pertama terkutip nama-nama orang yang lahir setelah wafatnya Ibnu Sirrin (w. 110 H.), seperti al-Ashma’i yang lahir pada tahun 123 H. dan Ishaq bin Ibrahim al-Mousuli yang lahir pada tahun 767 H. (hal. 390), yang sangat tidak logis jika ditulis oleh Ibnu Sirrin yang terpaut jauh periodisasinya dengan kedua orang tersebut.


Masyhur bin Hasan Alu Sulaiman dalam kitab Kutubun Hadara Minha al-Ulama mencatat beberapa poin yang menduga bahwa kitab Muntakhabul Kalam tidak ditulis oleh Ibnu Sirrin, poin-poin itu adalah sebagai berikut:


Ahli sejarah sejak abad ke-3 Hijriah tidak menuliskan bahwa beliau mempunyai karya dalam bidang tafsir mimpi. Ibnu Sirrin kurang begitu senang untuk menulis hadits meskipun hidup di era Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Para sejarawan tidak menuliskan kitab spesifik karya tulis Ibnu Sirrin, hanya saja para muridnya menulis pengetahuan yang mereka dapatkan darinya.


Pribadi Ibnu Sirrin yang sangat wira’i, kemungkinan besar dia sendiri merasa berat jika harus menuliskan tafsir-tafsir mimpi sebagai pedoman yang spesifik.


Banyak riwayat beliau tentang tafsir mimpi, namun kutipan itu tidak didasarkan dari sebuah karya tulis beliau secara spesifik.


Gaya penulisan dan model analisis dalam kitab ini tidak seperti gaya penulisan pada abad awal Hijriyah.


Ibnu Sirrin sendiri mengatakan, “Jika aku menulis, maka yang aku tulis adalah risalah-risalah Nabi Muhammad.” (Masyhur bin Hasan Alu Sulaiman, Kutubun Hadara Minha al-Ulama, [Riyadh: Dar As-Shouma’i, 1995], Juz 2, hal. 282-284).


Penulis kitab ini diduga kuat, sebagaimana yang tercantum dalam pengantar kedua (Muqaddimatul Kitab), adalah al-Ustadz Abu Sa’id al-Wa’idz atau dikenal dengan nama Abdul Malik bin Abi Utsman Muhammad bin Ibrahim bin Ya’qub al-Kharkushi An-Naisaburi, yang wafat pada Jumadal Ula Tahun 407 H di Naisabur, Iran. Ia adalah seorang Syafi’iyah yang terkenal sebagai Sufi dan Penceramah (Wa’idz), sebagaimana catatan al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad [Beirut: Darul Ghurbil Islami, 2002], Juz XII, hal. 188.


Abu Sa’id sendiri memang mempunyai karya tulis tentang tafsir mimpi yang berjudul al-Bisyarah wan Nidzarah fi Ta’birir Ru’ya, yang diterbitkan oleh Abu Dhabi Arabic Language Center pada tahun 2023. Di halaman depannya jelas tertera tulisan “kitab ini adalah tafsir ahlam yang dihubungkan dengan Ibnu Sirrin”, yang menandakan bahwa kitab ini bukan tulisan Ibnu Sirrin yang selama ini diketahui oleh masyarakat luas. Wallahu a’lam bis shawab.


Biodata Kitab

Judul Kitab     : Muntakhabul Kalam fi Tafsiril Ahlam.
Penulis           : Muhammad bin Sirrin/ Abu Sa’id al-Wa’idz.
Penerbit         : Darul Fikr
Tempat Terbit : Beirut, Libanon.
Tahun Terbit   : 2007

Peresensi: Muh Fiqih Shofiyul Am, Tim LBM MWC NU Tannggulangin  dan Tim Aswaja Center PCNU Sidoarjo